Pesona Bukit Kelam

Bukit kelam merupakan satu destinasi wisata terkenal di Kabupaten Sintang.

Suku Bangsa Dayak Uud (Uut) Danum

Suku bangsa Dayak Uud (Uut) Danum merupakan subsuku penduduk asli pulau Kalimantan.

The Phenomenon of Kempunan Lessons

The Dayak worldview, the indigenous people of Borneo/Kalimantan Island, can be likened to the worldview of the ancient Greeks before the coming of philosophers which was greatly mythological in its nature..

Asal Usul Cihie (Sihiai)

Menelusuri asal Cihie sebagai subsuku Dayak Uud (Uut) Danum.

Kosanak Kolop Doro' Bohuang

Kisah mengenai pelajaran dan nasihat hidup.

New Life, New Adventure

Pernikahan Sutimbang dan Santi.

Label: , ,

Nama




Beberapa dari kita mungkin sudah pernah atau bahkan sering mendengar tentang percakapan terkenal antara Romeo dan Juliet di drama romantis dan tragis karya William Shakespear, Romeo & Juliet. Satu pernyataan dari Romeo kepada Juliet yang berhubungan dengan judul artikel ini: “Apalah arti sebuah nama!” Jikalau kita melihat dengan seksama, pernyataan dari Romeo ini bukanlah sebuah pertanyaan yang mengharapkan jawaban yang memberikan uraian tentang makna dari sebuah nama, melainkan pernyataan ini hendak meyakinkan kita bahwa nama tidaklah memiliki arti, atau dengan kata lain sebuah nama jikalau memiliki arti, arti tersebut patutlah diragukan kebenarannya. Pernyataan Romeo ini sebenarnya adalah penyangkalan dan juga suatu bentuk pemberontakan terhadap perselisihan antara dua keluarga, yaitu keluarga Romeo dan Juliet sendiri. Nama keluarga yang dimiliki oleh Romeo ataupun Juliet seakan-akan  menjadi petanda status sosial dan akhirnya mengisyaratkan kebencian.  Perselisihan ini menjadi tembok pemisah jalinan asmara antara Romeo dan Juliet. Kobaran api asmara antara kedua insan muda ini mencoba untuk membakar habis tembok pemisah cinta mereka.  

Apalah arti sebuah nama. Pernyataan ini seringkali terselip  di lidah kita, tanpa terkecuali si penulis. Pernahkah kita bertanya tentang hal-hal penting yang kita bisa pelajari dari topik yang menjadikan ‘nama’ sebagai pokok bahasan? Pernahkah kita bertanya apakah nama yang kita miliki mau mengatakan sesuatu tentang diri kita? Atau kemudian kita bersikap skeptikal setelah menyadari bahwa nama yang kita miliki tidak memiliki arti apapun dan akhirnya berkata juga, “Apalah arti sebuah nama.” Maka dari itu, untuk menjembatani keraguan kita tersebut, artikel ini mencoba untuk mengulas secara filosofis dan teologis sebuah materi yang berhubungan dengan ‘nama’: hubungan nama dengan kuasa, nama sebagai penunjuk identitas dan akhirnya hubungan nama dengan keselamatan Kristiani.

Rahmat Untuk Memberi Nama
Kita telah diberi rahmat untuk memberi nama atau menamai. Di Kitab Kejadian, kita masih ingat disaat Allah selesai menciptakan semesta alam beserta segala isinya, Allah memberikan kepada manusia suatu rahmat untuk menamai segala makhluk hidup yang ada di atas langit, di laut dan di dalam bumi di bawah. Rahmat ini tentu saja diperuntukkan bagi manusia, bukan kepada makhluk ciptaan Allah yang lainnya, karena sejak dari awal Allah menghendaki manusia untuk ambil bagian dalam karya penciptaan. Dengan menerima rahmat ini, kita juga diajak oleh Allah untuk menjadi penyalur rahmat dan bersama dengan Allah kita berani berseru, “Semua ini baik adanya. Nama ini baik adanya.”

Selain daripada itu, rahmat untuk memberi nama atau menamai hendak mengatakan sesuatu hal yang sangat penting kepada kita, yaitu kuasa. Salah satu tujuan Allah agar Adam menamai segala makhluk yang telah Ia ciptakan ialah dengan menerima rahmat ini, Adam juga memiliki kuasa atas segala makhluk ciptaan-Nya. Seperti apa yang kita ketahui dari Kitab Kejadian, Allah berfirman, “… .Mereka akan berkuasa atas segala ikan di laut, burung di udara, dan semua binatang, yang jinak dan liar, yang besar dan yang kecil” (Kejadian 1:24). Ia juga menghendaki agar semua binatang ini menjadi teman bagi manusia (Kejadian 2:18-20). Namun, seperti apa yang dikatakan di film Spiderman, ‘semakin besar kuasa yang kita miliki, semakin besar pula tanggung jawab yang harus kita emban’.

Nama: Kuasa yang Kita Terima!
Sekarang kita sudah tahu bahwa rahmat yang kita miliki untuk memberi nama, secara langsung menjadikan kita memiliki kuasa. Untuk hal ini, kuasa harus dilihat secara positif. Jika kita melihat dari sisi emosi kita sebagai manusia, dengan memiliki rahmat untuk menamai, kita punya kuasa atas perasaan-perasaan kita. Ini sangat penting, karena perasaan manusia terkadang bisa menghancurkan. Misalnya, disaat sedang beragumen dengan seorang teman kita, kita merasa ada dorongan dari dalam diri kita yang sepertinya sulit untuk dikendali. Jantung kita mulai berdetak kencang, kita mulai mengepalkan tangan kita, suhu tubuh mulai naik beberapa Celsius, raut wajah kita berubah sangar dan memerah dan kita mulai ingin melayangkan satu atau dua tonjukan keras ke arah muka teman kita tersebut. Perasan-perasaan aneh ini haruslah cepat kita atasi dengan memberi nama terhadap perasaan tersebut. Kita kemudian menamai perasaan ini sebagai amarah. Dengan menamai perasaan ini sebagai amarah, kita akhirnya punya kuasa atas amarah kita dan dengan segera mengambil tindakan agar amarah kita bisa diredami. Namun sayangnya seringkali kita kurang dewasa untuk menyikapi amarah kita dan tidak memperdulikan perasaan kita sehingga akhirnya berakibat buruk terhadap diri kita dan juga orang lain.

Apapun bentuk perasaan yang sering mucul di dalam diri kita, misalnya hati yang berbunga-bunga saat si dia ada di samping kita yang merupakan tanda jatuh cinta, tiba-tiba saja kita ingat akan kedua orangtua kita yang sedang berada di kampung halaman yang merupakan tanda bahwa kita sedang rindu, tiba-tiba saja segala yang telah kita lakukan sepertinya tidak menghasilkan apa-apa yang merupakan tanda kecewa, dan sebagainya, haruslah segera kita namai. Dengan demikian kita memiliki kuasa atas perasaan-perasaan kita dan segera mengambil langkah yang tepat atas perasaan-perasaan kita tersebut.

Nama: Jalan Menuju Penyembuhan
Selain mengetahui efek dari menamai terhadap emosi kita, rahmat untuk menamai juga mengantar kita pada penyembuhan. Prinsipnya tetap sama, dengan menamai sesuatu kita memiliki kuasa atas hal tersebut. Hal ini tampak dalam kisah Zakaria yang menjadi bisu karena tidak percaya akan perkataan malaikat yang menyatakan bahwa Elisabet isterinya akan mengandung meskipun diusia yang sudah tua. Pelepasan Zakaria dari ikatan yang mengekang lidahnya terjadi ketika ia diminta pendapat oleh para tetangga dan sanak keluarga Elisabet tentang nama yang pantas untuk bayi sepupu Yesus itu. Kemudian Zakaria  mulai menulis, “Namanya adalah Yohanes.” Seketika itu juga Zakaria kembali bisa berbicara secara normal dan memuji Allah. Dari peristiwa ini kita kemudian yakin bahwa memberi nama adalah salah satu jalan menuju kesembuhan.

Tentu saja ini bukan berarti dengan menamai seseorang semata, kita akan disembuhkan dari suatu penyakit. Yang penulis hendak sampaikan adalah pentingnya nama dari sudut pandang dunia medis. Kita masih menggunakan prinsip yang sama yaitu dengan menamai sesuatu kita memiliki kuasa atas hal tersebut. Contohnya bisa kita lihat berikut ini. Suatu ketika Adit merasakan nyeri yang sangat menyakitkan di perutnya. Asumsi pertama dari Adit adalah ia sedang mengalami sakit perut biasa. Kemudian Adit meminum obat sakit perut untuk meredakan nyeri yang ia rasakan. Namun hasilnya percuma, Adit masih merasakan sakit di perutnya dan kali ini lebih menyakitkan. Adit lalu mencoba untuk pergi ke dukun supaya mendapatkan penyembuhan secara tradisional. Celakanya, hasilnya tetap sama, nyeri di perut Adit semakin menjadi-jadi. Terakhir, Adit pergi ke rumah sakit untuk melaksanakan checkup. Setelah didiagnosis ternyata Adit mengidap penyakit batu ginjal. Pihak rumah sakit menyarankan Adit untuk melaksanakan operasi pengangkatan batu ginjal tersebut.

Contoh di atas hanya mau mengatakan bahwa setelah mengetahui nama penyakit yang sedang Adit alami, pihak medis mengambil tindakan atau solusi yang seperlunya guna kesembuhan Adit. Sekarang mari kita beranjak ke dunia spiritualitas. Sekedar berbagi pengalaman, penulis telah beberapa kali ambil bagian dalam ritual pengusiran setan (exorcism) yang dilakukan oleh para imam-imam Katolik. Salah satu cara untuk mengalahkan kekuatan setan yang sedang merasuki seseorang adalah dengan menanyakan nama roh jahat yang merasuki orang tersebut. Ini dikarenakan roh jahat memiliki kebiasaan untuk menyembunyikan identitas mereka sehingga jangan sampai diketahui. Di beberapa buku tentang ritual pengusiran setan (exorcism) yang penulis pernah baca, untuk kasus yang berat roh jahat tersebut memiliki nama yang juga bisa kita temukan di Kitab Suci seperti Setan, Lusifer, Zebulun, Meridian, Asmodeus, dan sebagainya. Apabila nama roh jahat tersebut telah diketahui, pembebasan akan dengan mudah terjadi karena para eksorsis langsung menemukan cara seperti apa untuk mengalahkan roh jahat tersebut. Prinsipnya sama, dengan mengetahui nama roh jahat tersebut kita atas rahmat dari Allah akan memiliki kuasa terhadap roh jahat ini dan mematahkan kekuatannya.

Sama halnya dengan pengakuan dosa. Pengakuan dosa adalah salah satu cara untuk mematahkan kekuatan setan karena disaat kita mengakui dosa-dosa kita, setan tidak punya tempat untuk bersembunyi dan setan sangat tidak ingin diketahui. Dengan menamai dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan, identitas setan akan terbongkar dan akhirnya kita dipersatukan kembali dengan Allah. Namun sayangnya, banyak sekali umat Katolik yang belum sadar dan mengerti betapa  pentingnya sakramen tobat terlebih untuk masa-masa sekarang dimana antara yang baik dan yang jahat sudah dibuat kabur. Gereja Katolik selalu mengajarkan agar kita sesering mungkin untuk menerima sakramen tobat. Tujuannya adalah agar kita dengan layak dan pantas serta dengan penuh kerendahan hati memanggil kembali Allah sebagai Bapa kita.   

Sebuah Nama Baru
Sekarang kita hendak bertanya, apakah namaku memiliki arti? Beberapa dari kita bangga akan nama yang kita miliki karena nama tersebut memilki arti yang bagus dan kita berusaha untuk hidup dan berperilaku sesuai dengan arti dari nama tersebut. Saudara-saudari kita keturunan Tionghoa memiliki tradisi yang unik didalam memberi nama kepada bayi yang baru lahir. Beberapa dari nama tersebut memiliki arti seperti bunga yang harum di pagi hari, angin sejuk yang berhembus, dan sebagainya. Suku Dayak juga memiliki cara yang unik didalam menamai seorang bayi yang baru lahir, dan juga suku-suku lainnya di Indonesia.
Namun beberapa dari kita memiliki nama yang mungkin tidak berbicara tentang suatu arti di dalamnya. Hendaknya kita tidak berkecil hati karena kita semua memiliki sebuah nama baru, yaitu nama yang menjadikan kita sebagai pengikut Kristus, Kristen. Karena rahmat sakramen Permandian, kita diangkat menjadi anak-anak Allah, berjanji setia sebagai pengikit Kristus. Dalam kehidupan kita sehari-hari, di sekolah, di kantor, di tempat kita bekerja dan di manapun juga, kita berusaha untuk menampilkan identitas kita sebagai pengikit Kristus yang setia, anak-anak Allah yang terkasih. Hal ini sesuai dengan diktum, agere sequitur esse atau doing follows being atau setiap tindakan harus sejalan dengan kodrat dari pelaku tindakan tersebut. Artinya, semua tindakan yang kita lakukan haruslah sejalan dengan kodrat kita sebagai manusia. Begitu juga, misalkan, dengan seekor anjing bahwa semua tindakan anjing tersebut haruslah sesuai dengan kodratnya sebagai seekor anjing, bukan seekor ayam. Dan kita sebagai seorang Kristen, setiap tindakan kita hendaklah sejalan dengan identitas kita sebagai seorang pengikut Kristus dengan melaksanakan perintah kasih-Nya serta ajaran-ajaran Gereja sebagai wakil Kristus di dunia ini.

Nama yang Menyelamatkan
Akhirnya iman kita sebagai orang seorang Kristen meyakinkan kita bahwa satu nama yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan adalah satu nama yang kudus, Yesus Kristus. Disaat dunia terus mencoba untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, kita dengan iman yang teguh yakin bahwa nama Yesus adalah nama yang menyelamatkan. Pengalaman-pengalaman hidup kita sehari-hari telah mengajarkan kita bahwa dalam nama Yesus, keselamatan terjadi. Sebelum kita berpergian, kita selalu membuat tanda keselamatan dan dengan yakin berkata, “Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin!” Kita yakin dalam nama Yesus, tidak ada satupun kekuatan maut yang mampu melawan. Kita yakin bahwa dalam nama Yesus setiap lutut akan bertekuk, setiap lidah akan mengakui kemuliaan Allah Bapa dan Dia-lah Tuhan untuk selama-lamanya.

Apalah arti sebuah nama. Sekarang kita yakin bahwa ‘nama’ memiliki arti yang luar biasa.
           

Penulis: Rambang Ngawan

           

0 komentar
 
The Ngawan © 2014 | Birds with the same feather flock together.