Label: ,

Asal-usul Cihie dan Bahasanya

Medio Mei 2013 saya bertukar email dengan Pascal Couderc. Pada kesempatan itu saya menanyakan beberapa informasi yang dia ketahui mengenai Dayak Uud Danum di Kalbar.

Pascal merupakan seorang Antropolog yang melakukan kajian mengenai Dayak Uud Danum di Kalimantan Barat. Satu artikelnya tentang Dayak Uud Danum berjudul Preliminary Notes on the Ot Danum of the Melawi (1988).

Singkatnya pada satu emailnya saya menanyakan mengenai kelompok besar Uud Danum di Kalimantan Barat karena yang saya ketahui kelompok besar Uud Danum Kalbar hanya Dohoi dan Cihie. Pada dasarnya saya masih meragukan posisi bahasa Cihie ini apakah masuk kedalam bahasa Uud Danum ataukah merupakan bahasa tersendiri. Lagipula belum ditemukan penelitian yang mengkaji posisi bahasa Cihie dalam Uud Danum apakah termasuk dalam dialek yang berbeda atau tidak.

Menanggapi pertanyaan saya Pascal menjelaskan bahwa secara kebahasaan terdapat bahasa Pangin yang bisa disatukan ke dalam kelompok Uud Danum Kalbar. Kemudian Pascal menambahkan beberapa bahasa terdahulu seperti Ponanyoi, Uud Melahui, Tabaoi yang bisa dimasukkan kedalam kelompok besar bahasa Dayak Uud Danum Kalbar, hanya saja bahasa ini hilang karena dikalahkan oleh Dohoi yang merupakan mayoritas dari Uud Danum Kalbar.

Lebih lanjut Pascal menyarankan untuk kritis menafsirkan posisi bahsa Cihie dalam klasifikasi bahasa apakah termasuk cabang North West Barito (Dohoi, Siang, Murung) ataukah cabang South West Barito (Ngaju). Dari segi leksikon bahasa Cihie (Sehiai) memiliki banyak kesamaan dengan Dohoi yang merupakan cabang South West Barito. Akan tetapi, terdapat perbedaan dan juga persamaan dengan bahasa Ngaju seperti kosanak (Ng. sansana), kinan, kosingak, amang, (teseng?), inang, atau pinding (untuk hal ini memang diperlukan lagi penelitian yang lebih khusus pada bahasa Cihie [Sehiai]). Sebagai tambahan literatur dari zaman Belanda (seperti Michielsen, Mallinckrodt) memang mengelompokkan Cehie (Sahiai) dengan Uud Danum (Dohoi). Berikut ini contoh klasifikasi Bahasa Barito menutut Inagaki adopsi dari Hudson.
                                                   
Berkaitan dengan asal-usul Cihie Pascal bercerita mengenai asal-usul Cihie menurut yang dia dengar dari alm. Temanggung Miden dari Jelundung. Menurutnya orang Cihie berasal dari sungai yang bernama sungai Cihie cabang dari sungai Jelundung. Menurut informasi yang saya dengar migrasi orang dan bahasa Cihie bermula dari sungai Cihie pindah ke Kiham Sahavung dari Kiham Sahavung pindah ke Tumbang Bohkam hulu Panekasan kemudian ke Panekasan. Dari Panekasan menyebar ke desa-desa sekitar seperti Rantau Malam, Tavai Aon dan lain-lain.

Ada juga kisah yang menceritakan bahwa Cihie ini berasal dari Kalimantan Tengah (alasan untuk contoh di atas tentang beberapa lema dalam bahasa Cihie yang mirip dengan bahasa Ngaju). Kisah lebih lawas lagi menceritakan bahwa Cihie adalah hasil perkawinan dengan orang dari langit dengan menggunakan “Melang Bulow” (sama dengan “Polahkak Bulow” Uud Danum Dohoi).

Pascal kemudian meminta saya untuk mencari informan yang bisa menceritakan asal-usul Cihie. Kebetulan pada Juni 2013 adik saya Trio Kurniawan yang sedang liburan berkunjung ke Desa Sungai Raya jadi saya memanfaatka momen tersebut untuk mencari tahu siapa orang yang bisa menceritakan asal-usul Cihie beruntung bila mendapatkan kisah dengan versi yang berbeda.

Berikut ini kisah asal-usul Cihie versi informan Albertus Savang yang diwawancarai oleh adik saya Trio Kurniawan.   
"Menurut kisahnya Selebanak Makoh mempunyai seorang adik bernama Sio Bulow. Kisahnya Sio Bulow dengan membawa ayam kemudiann meniti batang Melang yang tumbang hingga ujungnya sampai ke sungai Bohukam di Kalimantan Timur. Di daerah sungai Bohukam itu Sio Bulow kemudian menikah dengan orang Dayak Kenyah dan melahirkan anak. Anak dari Sio Bulow ini kemudian kisahnya memiliki anak yang diberi nama Ratai Nahe Nalang Bucang Natang Lovuk Setang. Menurut kisahnya dari Ratai Nahe Nalang Bucang Natang Lovuk Setang itulah lahir kota Sintang, kemudian melahirkan Raden Savang yang bergelar Penembah Arok Lovuk Setang. Raden Savang memperanakkan Nahta Tohtang Dada (yang berbesankan orang dari sungai Melawi tepatnya di Cepuri). Kemudian ke Lobuhan dari Lobuhan memperanakkan Hatingan, Hatingan memperanakkan Tehcik Pahtik yang bergelar Raden Olang Laut. Tehcik Pahtik memperanakkan Toun, Kamis, Tahiw, Nyaik, Bondung. Tehcik mempunyai tiga isteri 1. Rivung, 2. Benang, 3. Tipung.  
Kemudian silsilah dari Racung. Temenggung Kuen melahirkan Temenggung Silik, Temenggung Silik melahirkan Tandung, Temenggung Tandung melahirkan Temenggung Tajak, Temenggung Tajak melahirkan Ritik, Atang, Tecak, Racung. Kemudian Atang melahirkan Tilok. Ritik merupakan nenek dari ibu pewawancara.Menurut Savang bahasa Cihie masuk melalui keturunan ini dan berasal dari Selebanak Makoh dan adiknya Sio Bulow yang bersuamikan orang dari sungai Bohukam."
Demikianlah kisah asal-usul Cihie yang kami (saya dan Trio) dapatkan dari seorang informan yang bernama Savang dari desa Sungai Raya. Tidak menutup kemungkinan bisa didapatkan kisah yang berbeda dari informan lain. Dengan segala kekurangan semoga kisah asal-usul Cihie ini bisa berguna untuk pembaca yang budiman. (stmbg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
The Ngawan © 2014 | Birds with the same feather flock together.