Label:

Pesona Bukit Kelam



https://dreamindonesia.files.wordpress.com

Bicara mengenai pariwisata di Sintang, pikiran kita pasti langsung tertuju pada Bukit Kelam. Ya, Bukit Kelam memang merupakan tujuan pariwisata primadona bagi masyarakat di kabupaten Sintang dan sekitarnya. Memang Bukit Kelam sangat menarik untuk dinikmati oleh siapa saja yang ingin menenangkan pikiran yang sudah suntuk dengan pekerjaan selama sepakan atau hanya sekadar menikmati suasana alam yang tenang dan hijau.

Lokasi Taman Wisata Alam Bukit Kelam terletak di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.

Kabupaten Sintang berjarak sekitar 395 kilometer di sebelah timur Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Sekarang bisa juga melalui jalan Tayan yang jarak tempuhnya lebih dekat. Dari Pontianak menuju Sintang, pengunjung dapat naik pesawat, taksi, bus travel, angkutan umum, atau kendaraan pribadi.

Dari pusat Kota Sintang, Taman Wisata Alam Bukit Kelam berjarak sekitar 19 kilometer ke arah timur. Jalan menuju kawasan ini telah beraspal mulus dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, sehingga pengunjung mudah mengaksesnya dengan menggunakan bus atau kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 30-35 menit.

Bukit Kelam ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 594/Kpts-II/92 pada tanggal 6 Juni 1992, Dari lahan seluas 520 hektar lebih tersebut, kita bisa menemukan keunikan, keeksotisan, dan kekayaan hayati dari pesona alam kalimantan.

Saya punya kisah tersendiri tentang Bukit Kelam ini. Dulu ketika masih SMA, kami anak-anak seminari Sintang melakukan darmawisata ke Bukit Kelam. Ini agak unik karena perjalanan ke sana tidak menggunakan kendaraan, tetapi dengan jalan kaki. Saya awalnya terkejut dengan ide gila ini. Jalan kaki dari Sintang ke Kelam itu pekerjaan konyol menurut saya. Ini perjalanan jauh! Untuk menyenangkan hati, saya menganggap ini tantangan. Kira-kira 2 jam lebih perjalanan saya dan teman-teman sampai di lereng bukit Kelam. 

Belum lama beristirahat teman-teman langsung mengajak saya untuk mendaki ke puncak Bukit Kelam. Merasa penasaran dan tertantang, saya ikut saja. Ini pengalaman pertama saya mendaki bukit kelam. Rasa pegal dan capek karena perjalanan jauh saya lawan hanya karena rasa penasaran ingin melihat Sintang dari puncak Bukit Kelam. Pendakian ke puncak bukitnya, dapat melewati sebuah tangga batu yang memiliki ketinggian sekitar 90 meter yang terletak di sebelah barat Bukit Kelam. Bagi yang bernyali besar dan menyukai tantangan ekstrem, dapat mencapai puncaknya dengan melewati tebing batu yang terjal.

Sampai di puncak bukit, kita langsung bertemu dengan posko penjagaan sarang burung walet. Posko ini bila tampak dari lereng bukit. Di bawah posko itu terdapat gua-gua alam yang di dalamnya banyak terdapat burung walet. Asal tahu aja, pemandangan dari puncak bukit ini sangat indah. Terlihat hutan tropis yang lebat dan hijau di sekitarnya, Sungai Kapuas dan Sungai Melawi yang mengapit Kota Sintang, keindahan Kota Sintang dari kejauhan, dan areal persawahan yang menghampar luas di bawahnya.

Sebagai informasi ketinggian bukit Kelam ini berkisar antara 50-900 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan kemiringan antara 15°-40°. Saya sebagai pemula dan amatiran, pmendaki bukit setinggi itu memang memerlukan tenaga lebih.

Sebenarnya tidak jauh dari bukit ini terdapat Rumah Panjang (rumah tradisional suku Dayak) Ensaid Pendek dan Ensaid Panjang yang memiliki arsitektur khas. Juga terlihat dari puncak bukit.

Puas di atas, saya dan teman-teman lupa hari sudah sore. Kami pun segera turun. Perjalanan turun bukit ini agak berat karena kaki saya kram dan susah digerakkan. Sampai di bawah saya sudah nyerah, kram sudah tak mampu ditahan. Derita itu bertambah karena kami ternyata sudah ditinggal bis yang mengantar kami pulang. Ini perjalanan pertama dan terakhir saya berjalan kaki dari Sintang ke Kelam. 

Bukit Kelam selalu dikaitkan dengan legenda Bujang Beji dan Tumenggung Marubai. Oleh masyarakat di sekitar bukit, cerita ini selalu dijaga. Berikut ini merupakan cerita singkat tentang Legenda Bujang Beji dan Tumenggun Marubai.

Bujang Beji dan Tumenggung Marubai merupakan kepala kelompok para penangkap ikan di Negeri Sintang (ibu kota Kabupaten Sintang sekarang). Bujang Beji beserta kelompoknya menguasai Sungai Kapuas, sedangkan Tumenggung Marubai beserta kelompoknya menguasai Sungai Melawi.

Karena perbedaan hasil tangkapan ikan, muncul niat jahat Bujang Beji untuk menutup aliran Sungai Melawi dengan batu besar. Lalu, ia pergi ke Kapuas Hulu untuk mengangkat batu besar yang terdapat di puncak Bukit Nanga Silat dan membawanya ke Sungai Melawi. Namun, di persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, dewi-dewi dari khayangan menertawakannya beramai-ramai. Tatkala mendongakkan kepala mencari asal suara, tanpa disadarinya, ia menginjak duri beracun. Seketika itu juga, batu yang dipikulnya terlepas dan kemudian terbenam di suatu tempat bernama Jetak.

Menurut legendanya, batu besar yang terbenam di Jetak itu kemudian tumbuh perlahan-lahan menjadi sebuah bukit. Dewasa ini, bukit tersebut dikenal dengan Bukit Kelam, sebuah obyek wisata unik dan eksotik yang sangat dikagumi oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Dinamakan Bukit Kelam karena batu-batu yang terdapat di bukit tersebut berwarna hitam.

Panorama alamnya yang indah dan alami, serta udaranya yang sejuk dan segar, menjadikan kawasaan ini tepat sekali dipilih sebagai tujuan rekreasi alam. Tidak hanya sebagai tujuan rekreasi alam. Bukit Kelam juga sebagai tempat rekreasi rohani bagi umat Katolik karena tidak jauh dari bukit telah dibangun wisata rohani yang memiliki gua Maria dan wisata jalan salib.

Di kawasan Bukit Kelam terdapat berbagai flora dan fauna langka yang terus dijaga. Floranya meliputi meranti (shorea sp), bangeris (koompassia sp), tengkawang (dipterocarpus sp), kebas-kebas (podocarpusceae), anggrek (archidaceae), dan kantong semar raksasa. Fauna langkanya, seperti beruang madu (heralctus mayalanus), trenggiling (manis javanica), kelelawar (hiropteraphilie), dan alap-alap (acciptiter badios), menambah daya tarik kawasan ini.

Sudah lama saya tidak pernah berwisata alam ke Bukit Kelam. Mungkin sudah banyak perubahan yang dilakukan oleh pemda Sintang untuk mempercantik Taman Wisata Alam Bukit Kelam ini agar makin banyak pengunjung yang mau datang berwisata ke Bukit Kelam. Bukit Kelam yang merupakan simbol kota Sintang memang harus dikelola dengan baik dan benar. Saya berharap suatu saat nanti bisa kembali berwisata alam dan rohani ke Bukit Kelam, tapi tidak dengan berjalan kaki...hehehe



1 komentar:

  1. wahhh ,,,keren panati juga la bang ..kan bnyak tu kyak Pantai Batu Payung,pantai jawai,kijing ...
    sukses

    BalasHapus

 
The Ngawan © 2014 | Birds with the same feather flock together.