Label: ,

Rencana Tuhan

Trio Kurniawan
(Kisah untuk Kawan-kawanku)

Kawan,
Ini aku, Iyo. Tapi itu bukan nama asliku (kau tahu itu!). Mari kuajak kau bercerita. Kuajak kau mendengarkan kisahku. Ini bukanlah sebuah kisah heroik yang banyak dirindukan orang-orang seusia kita. Ini juga bukan sebuah dongeng yang biasa orang tua kita ceritakan saat kita mau tidur. Ini hanya sepenggal kisah biasa, yang pada akhirnya kurasakan sebagai sebuah kisah luar biasa. Ketika pertama kali hatiku ingin bercerita padamu, keraguan sedikit menerorku siang malam. Apa kau mau kalau saat ini aku bercerita padamu? Ah, sudahlah. Kau pasti mau. Bukankah selama ini kau telah menemani setiap langkahku? Langkah kita? Kalau kau mulai bosan untuk mendengarkan aku bercerita, ingatlah bahwa kita tak pernah bosan melangkah bersama. Jejakmu adalah jejakku. Kisahmu adalah kisahku.
***
Hidup adalah perjalanan menuju suatu tempat yang kita tidak tahu dimana ujungnya. Terkadang, kita harus mendaki, menuruni lembah, dan melewati jalan yang berbatu. Tetapi bekal yang harus dibawa dalam perjalanan itu adalah iman, harapan, dan cinta. Aku senang melihat dan mengamati kembali potongan-potongan perjalanan hidupku. Melakukan hal ini seperti tercampur dalam jutaan sensasi yang aku tak tahu menyebutnya sebagai apa. Mempelajari kembali potongan-potongan ini membuat aku merasa terbang; seperti bulu ayam yang mengelus telingaku, menggelitik tapi asyik. Menggenggam potongan-potongan ini membuat kepalan hidupku semakin keras untuk menembus beton-beton kehidupan. Tetapi, ini juga menjadikan aku fleksible untuk melewati pintu yang sempit. Huh… Ini seperti beribu asa yang terbakar oleh masa lampau.

Aku bangga berada di tengah keluargaku. Rasa bangga ini melampaui segala macam penghargaan yang pernah melekat padaku. Aku dilahirkan sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, tiga cowok dan bungsu cewek.

“Kelahiran Iyo itu sebuah tanda tanya besar. Sebuah realisasi penantian yang telah lama ditunggu-tunggu oleh Bapak dan Mamak,” kenang Bapakku.
Sebenarnya, aku diharapkan lahir sebagai manusia berjenis kelamin wanita. Segala macam atribut gono-gini untuk seorang bayi perempuan pun sudah dibeli. Semua itu masih kurang pas karna calon namaku belum dipilih. Akhirnya diputuskan bahwa nama calon bayi perempuan ini adalah Tria Kurniasih. Namun, saat hari kelahiranku, di tengah hujan lebat dan halilintar sambar menyambar, harapan itu ternyata harus pupus lagi. Nenek Bidan, demikian aku biasa menyapa beliau, berusaha keras membantu persalinan ibuku.
Pada akhirnya, beliau berteriak,” Laki-laki!”
Semua orang yang berada di rumah terdiam, kecuali aku yang menangis keras menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Keheningan pecah dengan perkataan bapakku,” Syukur pada Tuhan! Namanya saya ubah Trio Kurniawan. Anak ketiga karunia Tuhan.”
Semua menjawab,” Amin…amin…”

Sebuah rasa syukur yang bermakna kepasrahan pada Tuhan. Mungkin hampir putus asa. Kalau aku boleh menebak kata hati bapakku saat itu, beliau akan berkata,”Saatnya akan tiba!!!”

***

1 komentar:

  1. waaa, pantesan y nama belakangnya berbeda dgn kedua kakaknya :)

    BalasHapus

 
The Ngawan © 2014 | Birds with the same feather flock together.