![]() |
Pasar Serawai |
Libur panjang akhir tahun
merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang termasuk saya. Setelah
berbagai macam rutinitas sepanjang tahun tentu saja kita menginginkan istirahat
dan refreshing bersama keluarga,
teman, maupun pacar.
Secara pribadi, liburan Natal
kali ini merupakan kesempatan bagi saya untuk mengumpulkan data penelitian
skripsi saya. Masih ada beberapa hal yang kurang lengkap. Saya ingin
mewawancarai beberapa narasumber lagi. Kebetulan di skripsi saya membahas
mengenai fonologi bahasa Dayak Uud Danum. Bisa dikatakan sambil menyelam minum
air.
Saya beruntung karena libur Natal
tahun ini saya ditemani pasangan saya, Santi. Bolehlah saya berbangga sedikit
karena ini kali pertama saya liburan Natal dengan pasangan. Sebenarnya sudah
jauh-jauh hari kami merencanakan untuk liburan di kampung. Karena Santi
domisilinya di Sintang jadi kami memutuskan untuk merayakan Natal di Sintang.
Kemudian baru tutup tahun di Serawai.
Santi begitu bersemangat untuk
libur tahun baru di Serawai karena dia belum pernah tahun baruan di Serawai.
Dia selalu bertanya bagaimana orang-orang di Serawai merayakan tutup tahun.
Saya menceritakan kalau di Serawai umumnya setiap keluarga punya acara
masing-masing di rumahnya. Berkumpul bersama keluarga sambil
panggang-panggangan, menghidupkan api unggun, gunting kalender, menyalakan
kembang api, setelah itu berdoa. Kalau mau yang ramai biasanya di kecamatan
biasanya ada dangdutan. Semua orang berkumpul di sana sambil berjoget ria. Juga
ada parade kembang api. Santi begitu tertarik mendengar ceritaku.
Tiket bis sudah kami pesan
jauh-jauh hari, sebulan sebelumnya. Maklum biasanya libur Natal musim orang
pulang kampung. Kalau kami pesan sehari sebelum berangkat kemungkinan besar
tidak mendapatkan tiket. Tiket itu kami pesan untuk tanggal 21 Desember, 4 hari
sebelum Natal. Harga tiket Pontianak-Sintang untuk bis besar Rp.110.000,- untuk
satu orang.
Barang-barang telah kami siapkan.
Satu tas penuh terisi pakaian kami berdua. Kami siap untuk berangkat. Kami
menumpang bis malam, jadwal berangkatnya kira-kira pukul tujuh malam. Pukul
enam lewat kami sudah menunggu di agen bis.
Sebelum berangkat biasanya saya
minum obat Antimo, antisipasi mabuk kendaraan. Maklum perjalanan Pontianak-Sintang
cukup jauh. Kira-kira 10 jam lamanya. Disamping itu jalan antara
Pontianak-Sintang tidak terlalu bagus karena terdapat banyak jalan yang rusak. Butuh
fisik yang kuat untuk perjalanan sejauh dan selama itu. Dulu saya sering KO
karena tidak kuat dan tidak terbiasa dengan perjalanan jauh apalagi dengan
menggunakan mobil ataupun bis.
Sepanjang perjalanan kami
habiskan dengan tidur. Biasanya bis singgah di Sosok untuk istirahat dan makan.
Pagi berikutnya kami sudah sampai di Sintang kira-kira pukul lima pagi. Sudah
terang saat itu. Kami langsung dijemput oleh calon mertua (mamanya Santi) dan
ipar dari Atambua namanya Ale.
Ada cerita lucu tentang si Ale.
Ini kali pertama dia liburan di Sintang. Katanya selama perjalanan
Pontianak-Sintang dia beberapa kali minta turun dari bis karena kelelahan.
Mungkin pantatnya pegal. Setiap bis berhenti dikiranya sudah sampai padahal
perjalanan masih panjang. Kemudian dia bercerita bahwa di kampungnya Atambua
kalau jalan itu rusaknya cuma satu tempat saja, setelah itu mulus. “Tidur-tidur
saja tau-tau sudah sampai,” begitu katanya. Lalu dia bandingkan dengan jalan di
Kalbar ini. “Kita tidak bisa tidur dijalan. Baru merasa jalan enak belum lama
sudah jalan rusak lagi. Aduuh, Sa tidak tahan.” Begitu jelasnya.
Merayakan Natal di Sintang
Berhubung Natal segera tiba, saya
dan Ale berencana membuat Gua Natal. Kebetulan ini Natal pertama Ale di
Kalimantan. Sebenarnya membuat Gua Natal ini idenya Ale. Dia membuat kerangka
dari gua itu, saya hanya menyempurnakan saja dengan memberi warna. Kami
menggunakan kertas koran karena tidak ada kertas semen. Karena dikerjakan
berdua, Gua Natal itu selesai dalam sehari. Selain membuat Gua Natal kami
mempercantik rumah. Kami mencat ulang jendela dan teralisnya.
![]() |
Gua Natal Sederhana |
Terakhir kali saya merayakan
Natal di Sintang itu semasa SMA dulu. Waktu itu saya masih seorang seminaris di
Seminari Sintang. Kalau tidak pulang kampung kami selalu merayakan Malam Natal
dan Natal di gereja Katedral Sintang. Tidak banyak yang berubah dari gereja
Katedral Sintang hanya perubahan warna interior karena dicat ulang.
Misa Malam Natal selalu semarak. Lagu
Malam Kudus yang melegenda itu sudah siap untuk diperdengarkan. Gereja sudah
penuh sesak dengan umat. Umat yang tidak mendapatkan tempat di dalam gereja
juga bersesak-sesakan di bawah tenda yang disediakan oleh panitia. Bahkan untuk
mencari tempat yang nyaman untuk duduk saja susah. Untuk situasi seperti itu
kita harus rela bersesakan dan berpanas-panasan. Puji Tuhan kalau bisa
mengikuti Misa dengan khidmat.
Misa Malam Natal langsung
dipimpin oleh Mgr. Agustinus Agus. Pr, Uskup Sintang. Karena duduk di luar kami
hanya bisa menyaksika perayaan misa dari layar infocus yang disediakan oleh panitia misa malam Natal.
Perjalanan ke Serawai
Serawai berjarak kira-kira 200 km
dari kota Sintang. Ada dua jalur alternatif transportasi yang bisa digunakan
bila hendak ke Serawai. Jalur transportasi primadona yang pertama tentu saja
melewati jalur air menggunakan Speed Boat.
Biaya (bisa disebut tambang) dari Sintang ke Serawai dengan menggunakan speed boat adalah 300 ribu Rupiah. Harga
tambang ini disesuaikan dengan harga minyak (BBM). Makin mahal harga BBM makin
mahal juga biaya tambang tersebut.
Jalur transportasi yang kedua
adalah dengan menggunakan jalur darat. Jalur darat ini biasa dilalui dengan
kendaraan sepeda motor. Karena medan yang sangat berat, sangat jarang orang
menggunakan jalur darat ini. Hanya orang yang sudah terbiasa (fisik kuat dan
hapal jalur) saja yang sering menggunakan jalur darat ini.
Ada dua rute yang biasa digunakan
kalau kita ingin menggunakan jalur darat. Pertama, rute melalui nanga Tebidah,
dan kedua melalui jalan Pinoh. Keduanya sama-sama memiliki medan yang berat dan
berbukit-bukit. Jalan dalam rute ini belum beraspal, semuanya jalan tanah yang
saat hujan becek bila kemarau berdebu. Untuk informasi saja, jalan darat ini
sering digunakan Bapak saya bila ingin ke Sintang.
Dulu ada orang yang ngojeg menggunakan sepeda motor ke
Sintang dengan menggunakan jalur darat ini. Biayanya kisaran 200-300 ribu
Rupiah. Akhirnya karena medan yang begitu berat itu, tukang ojeg mikir
berkali-kali untuk membawa orang ke Sintang.
Karena ingin hemat biaya, saya
dan Santi memilih dua kali ganti kendaraan. Pertama menggunakan sepeda motor ke
Pinoh, kemudian lanjut menggunakan speed
boat dari Pinoh ke Serawai. Tambang Pinoh-Serawai 200 ribu Rupiah. Lumayan
menghemat 100 ribu Rupiah.
Tanggal 28 pagi kami berangkat
dari Sintang. Bisanya motoris
(sebutan untuk pengemudi speed boat)
membawa berangkat penumpangnya pukul 9 pagi. Sekarang jalur Sintang-Pinoh dapat
ditempuh 1,5 jam dengan kecepatan 80 km/jam karena jalannya sudah mulus
beraspal.
Perjalanan Pinoh-Serawai dengan
menggunakan speed boat bermesin 40 HP
kira-kira dilalui selama 4-5 jam lebih. Kalau kita berangkat pukul 9 pagi maka
kemungkinan pukul 2 siang sudah sampai di Serawai.
Tidak banyak kegiatan yang kami
lakukan selama di Serawai. Murni libur (makan tidur). Waktu itu Bapak sempat
mendelegasikan (ciieh bahasanya) saya dan Santi untuk menjadi penyambut tamu
pada sebuah pesta nikah adat menggantikan Bapak dan Mamak. Ada maksud
terselubung dari Bapak, ternyata dengan menjadikan kami penyambut tamu secara
tidak langsung saya mengenalkan Santi kepada orang-orang dan itu berhasil.
Beberapa dari mereka bertanya,”Inikah dia?”, “Inikah calonmu Mbang?”. Saya
menjawabnya dengan senyum dan anggukan kepala..hehe
***
Tahun baru di Serawai ternyata
tidak sesuai harapan. Tidak ada acara di kecamatan seperti yang saya ceritakan
pada Santi. Tidak ada dangdutan. Di rumah kami hanya menonton televisi. Tidak
tampak semarak menyambut tahun baru seperti tahun sebelumnya. Selain itu, hujan
turun lebih awal. Setelah misa tutup tahun murni tidak ada aktifitas di luar.
Beruntung beberapa saat sebelum
pergantian tahun hujan reda. Orang-orang bergantian menyalakan kembang api.
Kami hanya bisa melihat dari kejauhan. Anak-anak muda menggas motornya dengan
sekencang mungkin. Ada yang knalpotnya sengaja dilepas agar suaranya semakin
nyaring ketika digas. Habis itu Serawai sepi. Orang-orang mulai sibuk dengan
mimpinya masing-masing.
***
Beberapa hari sebelum milir ke
Pontianak, saya dan Santi menyempatkan untuk mudik ke Buntut Ponte. Santi ingin
sekali mengunjungi neneknya. “Masa Can libur di Serawai ndak main ke tempat nenek?” begitu katanya. Lalu paginya kami
mencari orang-orang yang hendak mudik ke Ponte. Kebetulan ada abang yang
berkenan menjemput kami. Kami diantar menggunakan speed boat. Kira-kira 15 menit kami sudah sampai di Ponte.
Karena tanggal 3 Januari kami
akan milir ke Sintang, jadi kami hanya tidur semalam di Ponte. Selama di Ponte
kami menyempatkan untuk kandau
(menunjungi) rumah keluarga. Setiap singgah kami selalu ditawari makanan. Itu
sebabnya berat badan saya naik sampai 81 kg..hehe
Selalu ada kebahagiaan ketika
mengunjungi keluarga di kampung. Telebih saya yang berkesempatan untuk
berkenalan dengan keluarga dari pihak Santi (calon istriku) mereka sangat baik
pada saya. Apalagi nenek. Beberapa waktu yang lalu saat pertama kali kami (saya
dan Santi) datang ke Ponte, kami di pohpas
dan didoakan. Kemarin juga kami diberi siro
(ternyata sudah disiapkan) tahun baru. Tidurpun kami bersama dengan nenek di
kamarnya. Nenek juga yang bersemangat menunjukkan barang-barang kerajinan untuk
saya foto sebagai data penelitian skripsi saya.
Saya juga punya teman baru
namanya Marcel. Dia memanggil saya dengan sebutan Bang Par (abang ipar) ganteng
haha. Marcel ini anak bungsu paman Amun adiknya calon bapak mertua saya.
Setelah awalnya malu-malu akhirnya Marcel dan saya menjadi akrab. Ketika kami
pulang ke Sintang Marcel sedang tidur, beruntung, karena jika tidak dia akan
menangis dan meminta untuk ikut.
Yah, begitulah kira-kira cerita
liburan Natal saya dan Santi. Sangat berkesan. Semoga diberi kesempatan untuk
liburan indah selanjutnya.
![]() |
Saya dan Marcel |
![]() |
Menumpang Motor Klotok |
![]() |
Santi berpose di depan Pastoran Serawai. |
Keren :)
BalasHapus